FilmMarlina si Pembunuh dalam Empat Babak ini berhasil menyita perhatian dunia dan telah ditayangkan di 19 negara serta mengantongi 17 piala penghargaan. 3. Sekala Niskala (2017) Bebarapa film Indonesia terkenal karena ceritanya yang menyentuh hati. Salah satunya Sekala Niskala. MarshaTimothy, bintang utama film Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak panen penghargaan. Selengkapnya. 06:53 WIB "Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak" Sabet Penghargaan di Maroko Viral Pacarnya Kepergok Selingkuh Saat Nonton Pertandingan Liga 1, Curhatan Pria Bikin Nyesek. Hits | 11:53 WIB. Baca: "Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak" Dipuji di Cannes] "Saya pernah nonton film apa gitu. Orang-orang tuh pada cabut, pergi banyak banget dan saya juga pernah bener-bener nonton di Cannes trus di-boo. Itu kan ngeri sekali ya," lanjutnya. Mouly sempat merasa jantungnya berdegup kencang apabila respons yang didapatnya tak sesuai harap. pelengkapdalam cerita sebagai akibat dari ketidakadilan gender yang disebabkan oleh perbedaan gender. Film "Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak" adalah film yang menampilkan sosok perempuan yang kontradiktif dengan film mainstream yang berkembang saat ini, dengan tujuan untuk mengkritisi dominasi patriarki yang berkembang saat ini. Tema FilmMarlina Si Pembunuh dalam Empat Babak bercerita tentang janda bernama Marlina (Marsha Timothy) yang tinggal seorang diri di puncak perbukitan sabana di Sumba. Kisah Marlina akan disajikan dalam empat babak, yakni Perampokan, Perjalanan, Pengakuan Dosa, dan Kelahiran. Babakpertama film Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak dimulai ketika Marlina (Marsha Timothy) yang kedatangan tujuh perampok di rumahnya. Mereka mengancam nyawa, harta dan juga kehormatan Marlina. Tidak tanggung-tanggung, para perampok tersebut melakukan itu semua di hadapan suaminya yang sudah berbentuk mumi dan duduk di pojok ruangan. . Trailer & Sinopsis Bahasa Indonesia - Suatu hari di sebuah padang sabana Sumba, tujuh perampok mendatangi rumah seorang janda bernama Marlina. Mereka mengancam nyawa, harta dan juga kehormatan Marlina di hadapan suaminya yang sudah berbentuk mumi duduk di pojok ruangan. Keesokan harinya, dalam sebuah perjalanan demi mencari keadilan dan penebusan, Marlina membawa kepala dari bos perampok, Markus, yang ia penggal tadi malam. Marlina kemudian bertemu Novi, yang menunggu kelahiran bayinya, dan Franz, yang menginginkan kepala Markus kembali. Markus yang tak berkepala juga berjalan menguntit Marlina. English - One day, on a savanna in Sumba, seven robbers come to the house of a widow named Marlina. They threaten to kill her, rob her, and assault her in front of her mummified husband sitting on a corner. The next day, on a journey for justice and redemption, Marlina takes with her the head of the mob boss, whom she beheaded the night before. Marlina meets Novi, who is awaiting the birth of her child, and Franz, who wants Markuss head back. The headless Markus is also following Marlina. In Indonesian with no subtitlesFilm Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak sudah tayang di bioskop sejak tanggal 07 November 2017 - 22 Januari 2019 "Marlina" is a wester-slash-road-movie about an independent woman fighting back against male aggressors and seeks redemption or justice for herself. Throughout her journey through the desertlike rural area of Indonesia and its small villages if you can call them that - they mostly consist of single houses surrounded by desert and a solitary, dusty road, Marlina encounters a number of women who, if not as violently as Marlina, have in some other ways experienced injustice from men who were not condoned for it. Not being an Indonesian woman myself, I cannot account for "Marlina"'s accurateness in depicting gender discrimination in the country, but it is probably safe to assume that director Mouly Surya is not particularly interested in providing deep insight the mechanics of sexism. "Marlina" is a feminist film in the same way that Tarantino's "Kill Bill" movies or "Mad Max Fury Road" are feminist films They portray strong female characters taking revenge on or otherwise trying to dismantle a chauvinist society that has wronged them. The specifics of the villains' ideology don't matter much - in one scene near the beginning, one of Marlina's robbers compares her cooking to his sister's and his mother's, inviting the question, how does he treat these women that he apparently has some respect for, if he compares their cooking to that of his potential rape victim? The movie never attempts to answer or expand upon that question or similar ones, as all of the men in the film lack more-dimensional characterisations. That is not meant to be a criticism of the film, though, as Mouly Surya wisely makes it stylized enough to make it work as a simple genre movie, a revenge tale set in an uncaring and rough world of rapists, thieves, and cowards. When Marlina rides on horseback on the sandy road, with the cut-off head of her rapist under her arms, the film enters almost surreal territory. This is helped by a great Morricone-esque score that, in several of the largely slow-paced scenes, builds tension. Thankfully, in contrast to the men, most of the women in the film are given much deeper and more well-rounded characters to play. Even the comic relief character, an elderly woman who enters the drama as she is on her way to bring her nephew's wife his dowry, deepens the universe of the film's story and gets a couple laughs, as well. Novi, a pregnant friend of Marlina's, is probably the most developed of the side characters here, and her arc is a very powerful subplot in the film. And of course, Marlina herself is played very well, too. It's admirable that, even if the movie overall is, by default, black-and-white in its characterisations, Mouly Surya allows her protagonists to show weakness, too, when they are confronted with potential danger and trauma. The landscapes are beautifully shot, and although I would assume the film is a rather low-budget production, it never looks as cheap as it probably is. That's because the cinematographer has a very good eye for composing their images, and the lack of production value never shows. Another element that greatly deepened the film's impact is the soundtrack. The film is very slow-paced, so framing the shots in a way that invites you to look at them for a couple of seconds longer and laying good music over them that suits the mood of the story was very vital to the film's success, and in my opinion they pulled that off very well, for the most part. The biggest downside of the film is that the slow pacing doesn't always work out perfectly. Because the story is so simple and, quite frankly, if you've seen other rape-and-revenge films before, you know how these movies work, there are long stretches of film in which you know exactly where it is going, but it takes the story too long to get there. It's not always equally entertaining. Also, the lack of dimensionality in its storytelling can be a bit boring after a while. However, the high points are so high that I can easily forgive the film for some of its flaws and recommend it almost universally. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Tonton trailer-nya dulu lah di YouTube, atau official video theme song-nya "Lazuardi" yang dinyanyikan oleh Cholil-nya ERK. Dari situ saja kita sudah bisa menikmati keindahan sinematografi alam Sumba berikut penataan adegan sang sutradara sekaligus kekuatan pemain-pemainnya. Harusnya dari situ pun sudah cukup dijadikan alasan kenapa harus nonton film "Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak" Marlina. Berikut empat alasannya1. Keindahan alam Sumba dan SinematografinyaSeperti yang sudah disajikan sebagai pancingan di trailerdan official video theme song-nya tadi, film Marlina sungguh memperlihatkan keindahan alam Sumba. Bagi mereka yang pernah berkunjung ke kawasan Nusa Tenggara tentu paham betul bagaimana keindahan alam di sana. Sinar matahari yang membuat warna rumput kering pun menjadi berkilau keemasan. Nah.. visualisasi tersebut begitu gamblang tersaji nikmat sepanjang film sutradara - Mouly Surya nampaknya menyadari betul kekayaan kontur alam Sumba yang begitu mudah dijadikan layer di beberapa scene berikut bidang luas padang rumputnya. Begitu juga sang matahari yang terik apa adanya justru menghasilkan cahaya dan bayangan yang kaya dalam layar film. Saya pikir di film Marina ini, tim berhasil menggali kekayaan visual sebuah daerah di Indonesia sebagai lokasi ideal film. Sang sinematografernya - Yunus Pasolang pun nyata sekali rajin bermain-main dengan lensa, juga rajin dalam memindahkan perangkat kameranya dari titik yang dekat ke titik lain yang jauh. Namun efektif sekali dalam penggunaan cahaya artificial. Sungguh sangat apik dalam penggarapannya. Sumber 2. Alur cerita "Empat Babak" yang pasPenyajian gaya "empat babak" ini memang bisa dibilang gaya "rasa baru" pada film Indonesia. Sejak awal penonton sudah disajikan premis di tiap babaknya yang mana dengan begitu penonton sudah bisa menerka peristiwa apa yang akan ditonton dalam tiap babaknya. Seolah-olah tidak ada rahasia lagi dalam tiap babaknya. Namun menariknya saya pun tidak bisa menerka ujung dari kisah si Marlina yang sedang berjuang membela haknya setelah dirampok dan diperkosa oleh para begundal. Saya pun tak perlu memberikan spoiler dari akhir film ini, kenapa? Karena saya lebih tertarik mengajak penonton lain untuk ikut menebak akhir dari film ini yang sungguh tidak ketebak. Ending dari film ini berhasil membuat saya bergumam "anjing!" pas melihat scene akhirnya, gokil lah! Permainan dialog yang efektif dan nakal pun cukup membuat film tentang pembunuhan ini jadi terasa Karakter-karakter pemain yang kuatFilm Indonesia sejauh ini selalu mengandalkan nama besar aktor sebagai daya tarik dan kekuatan jualannya. Sementara di film Marlina - bagi saya hanya Marsha Timothy saja yang terkenal, sisanya? Menurut saya hampir pada tidak terlalu terkenal. Namun hal baiknya adalah dengan demikian penonton tidak terkontaminasi oleh karakter-karakter pemain di film sebelumnya. Untuk Marsha Timothy - sang Marlina, ia ditampilkan bukan sebagai wanita cantik pemanis film. Acting dan karakternya kuat sekali, membuat penonton jadi ikut mengerenyitkan dahi saat harus menatap dan berurusan dengan pria-pria kurang begitu sederhana dan berhasil menampilkan figur wanita NTT yang tegar, kuat, dan tangguh dalam menuntut haknya. Namun demikian karakter Marlina dan Novi kerabat Marlina sebagai perempuan justru tetap tampil lugu sebagai wanita saja, apa adanya. Dalam beberapa ulasan media sosok perempuan-perempuan ini justru dianggap merepresentasikan feminisme, sementara menurut saya tidak sama sekali, Marlina dan Novi muncul sebagai perempuan biasa. Bahwa ia harus buang air kecil, ia tetap masak, main di dapur, hormat pada pria - baik pada suami, orang lain, bahkan pada penjahat sekalipun. Tegas dan tegar sebagai layaknya wanita Sumba, seperti kenang Marsha saat ia melakukan survei kepada beberapa perempuan di sana. Sumber 4. Sajian dan kemasan yang lezat untuk film Indonesia zaman nowFilm Marlina ini nampaknya memang sengaja ditampilkan dan dikemas sebagai film bercita rasa festival, paling tidak itu dugaan saya karena beberapa hal, antara lain penamaan judul yang catchy sekali. Judul panjang memang cukup membuat penonton dibuat gemas bak film "Lock Stock and Two Smokin Barrel". Penyajian judul babak yang juga ditampilkan dengan apik bak gaya Quentin Tarantino. Lalu bagaimana visualisasi gambar dengan kamera diam yang begitu kuat dan indah sekali bak film-filmnya Akira Kurosawa. Semua resep tadi seolah dicampuradukkan secara serampangan oleh Mouly Surya. Namun ternyata semua itu tampaknya dilakukan dengan sadar sekali oleh sang sutradara wanita ini. Hasilnya adalah sebuah film dengan sajian yang beragam namun dapat dinikmati dalam setiap suapannya. Misalnya, bagaimana Mouly menyajikan simbolisme "kematian dan kelahiran" lalu dapur sebagai simbol "wilayah khas dan rahasia" wanita. Belum lagi sajian musik dengan gitar western style a la Ennio Morricone yang dipadukan dengan pemandangan alam Sumba, membuat film ini makin terasa nakal namun apik!Awal tahun 2000-an saya pernah membaca sebuah skenario drama pertunjukan teater berjudul "Extremities" karya William Mastrosimone, yang bercerita tentang bagaimana kusutnya kehidupan seorang wanita yang menjadi korban pelecehan dan pemerkosaan. Konflik dan kekacauan dari peristiwa pemerkosaan sudah pasti pihak wanita yang akan selalu jadi film Marlina ini menurut saya punya pesan yang sama dengan "play Extremeities" tadi hanya saja "kejahatan" pada wanita versi Indonesia-nya berhasil disajikan oleh Mouly and the gank. Selain itu Marlina bisa menampilkan sudut pandang yang berbeda atas respons perlawanan perempuan yang jadi korban pemerkosaan. Yang membuat saya bertepuktangan pada akhir film Marlina adalah karena ternyata ending dari film Marlina jauh lebih extreme dibanding "play Extremities"-nya Mastrosimone. Tak percaya? Ayo sempatkanlah tonton film ini. Lihat Lyfe Selengkapnya Poster film Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak. Dok IMDbFilm ini digarap oleh sutradara Mouly Surya. Naskahnya ditulis oleh Mouly Surya bersama Rama pada 16 November 2017, Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak distribusikan ke 18 negara. Film ini menampilkan Marsha Timothy, Dea Panendra, Yoga Pratama, hingga Egi berdurasi 90 menit ini juga telah mendapatkan banyak nominasi serta penghargaan, salah satunya dalam Festival Film Indonesia film Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak. Dok IMDb /© Film Marlina si Pembunuh dalam Empat BabakPada suatu ketika, rumah seorang janda bernama Marlina Marsha Timothy yang terletak di padang sabana di Sumba, Indonesia, didatangi sekawanan terdiri atas tujuh orang yang mengancam nyawa, harta, serta kehormatan Marlina di hadapan suaminya yang telah menjadi mumi. Sebagai perlawanan, ia memenggal kepala bos perampok, Markus Egi Fedly.Adegam film Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak. Dok IMDb Berangkat dari kejadian itu, Marlina kemudian melakukan perjalanan untuk mencari keadilan serta penebusan Marlina ini terbagi dalam empat babak, yaitu perampokan, perjalanan, pengakuan, dan film Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak. Dok IMDb Di tengah perjalanan, Marlina bertemu dengan Novi Dea Panedra yang tengah menunggu kelahiran bayinya. Ia juga harus berurusan dengan Franz Yoga Pratama yang menginginkan kepala Markus nasib Marlina? Simak kelanjutan kisahnya di film Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak yang sudah tayang di Netflix! - Kemunculan film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak pada akhir tahun 2017 sempat menghebohkan publik dengan cerita dan prestasinya. Film besutan Mouly Surya yang dirilis pada 16 November 2017 ini menampilkan Marsha Timothy sebagai pemeran utama. Film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak menceritakan kisah Marlina Marsha Timothy, penyintas korban pemerkosaan dan perampokan. Cerita ini dikisahkan dalam empat babak, salah satu babak ini menceritakan Marlina membunuh dan memenggal kepala pemerkosanya. Kini, film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak dapat disaksikan di layanan streaming Netflix. Berikut adalah alasan mengapa film ini layak Masuk dalam Kompetisi Academy Awards ke-91 Tahun 2019Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak terpilih sebagai film Indonesia pada penghelatan Academy Awards Oscar 2019. Hal ini disampaikan Christine Hakim, Ketua Komite Seleksi Oscar 2019 untuk Indonesia pada Selasa 18/9/2018. "Setelah dilakukan penilaian dengan seksama berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, Indonesia Academy Awards Selection Commitee menetapkan film berjudul Marlina si Pembunuh 4 Babak sebagai film pilihan dan berhak mewakili Indonesia dalam kompetisi Academy Awards ke-91 kategori Best Foreign Film," kata Christine Hakim seperti dilansir Antara. Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak dipilih berdasarkan ketentuan penyelenggara Oscar dan masuk ke dalam kategori Best Foreign Film. 2. Mendapatkan Penghargaan Piala Citra FFI 2018Film yang mengangkat isu patriarki ini meraih banyak penghargaan Piala Citra FFI 2018, salah satunya Marsha Timothy yang mendapatkan penghargaan aktor utama Piala Citra FFI 2018. Selain itu, Mouly Surya mendapat penghargaan Sutradara Terbaik dan Penulis Skenario Asli Terbaik yang diraihnya bersama Rama Adi sebagai co-penulis. Sinematografi film yang diarahkan oleh Yunus Pasolang juga meraih penghargaan Pengarah Sinematografi Terbaik FFI 2018. Tidak hanya itu, film ini juga meraih Pengarah Artistik Terbaik Frans Xr Paat, Penyunting Gambar Terbaik Khikmawan Santosa dan A. Patawari, Penata Musik terbaik Zeke Khaseli dan Yudhi Arfani, serta Pemeran Pendukung Wanita Terbaik Dea Panendra. Film Marlina Si Pembunuh Empat Babak juga meraih penghargaan Film Cerita Panjang Terbaik FFI 2018. Marlina berhasil menyabet 10 kategori dari 15 nominasi yang didapatkan di Festival Film Indonesia FFI 2018. 3. Masuk ke dalam 10 Film Asia di ACBS Film Festival 2019Selain berbagai prestasi tersebut, film ini juga menjadi film pertama yang dipertontonkan di ajang ACBS Film Festival 2019. ACBS Film Festival 2019 merupakan rangkaian acara kegiatan Asia Content Business Summit. Selain film Marlina Si Pembunuh Empat Babak, film Indonesia lain yang dipertontonkan, yaitu Kisah Dua Jendela 2018, Tarling is Darling 2017, Sekala Niskala 2017 dan Bintang Ketjil 1963. Selain film Marlina Si Pembunuh Empat Babak, pemirsa juga bisa menonton film besutan Mouly Surya yang lain di Netflix, yaitu fiksi. 2008 dan Yang Tidak Dibicarakan Ketika Membicarakan Cinta 2013. Baca juga Perjalanan Perempuan yang Diperkosa Lewat Mata Marlina Piala Citra FFI 2018 Marsha Timothy Menang Kategori Aktris Terbaik Marlina si Pembunuh dalam 4 Babak Wakili Indonesia di Oscar 2019 10 Film Asia di ACBS Film Festival 2019 Ada Bintang Ketjil 1963 - Film Kontributor Siti Ninda LestariPenulis Siti Ninda LestariEditor Alexander Haryanto - Ini dia link nonton film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak. Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak atau Marlina The Murderer in Four Acts termasuk salah satu film Indonesia terbaik yang dirilis pada 2017. Terbukti, film yang disutradarai Mouly Surya ini berhasil memenangkan sejumlah penghargaan dari dalam ataupun luar negeri. Baca Juga Link Streaming Nonton Film India Priyanka Chopra Terbaru 2021 The White Tiger Dilengkapi Sub Indo Kabar baiknya, film yang dibintangi Marsha Timothy ini sudah bisa disaksikan di Netflix mulai Selasa, 1/12/2020. Film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak bercerita tentang janda bernama Marlina Marsha Timothy yang tinggal seorang diri di puncak perbukitan sabana di Sumba. Kisah Marlina akan disajikan dalam empat babak, yakni Perampokan, Perjalanan, Pengakuan Dosa, dan Kelahiran. PROMOTED CONTENT Video Pilihan

nonton marlina si pembunuh dalam empat babak